Gen Z merujuk kepada generasi yang lahir pada tahun 1997 ke-atas dan memiliki reputasi memiliki perspektif yang progresif dan modern. Tanpa terkecuali pada financial literacy. Menurut survei yang dilakukan oleh Investopedia, ditemukan 54% Gen Z mempunyai investasi aset, dengan 19% responden melakukan investasi pada sektor properti. Sektor properti sendiri menjadi sektor kedua yang paling diminati oleh investor Gen Z.
Peningkatan minat investasi kedalam dunia properti juga didukung oleh kemampuan membeli Gen Z. Menurut survei yang dilakukan oleh Forbes, Gen Z memiliki daya beli sebesar US$ 33 Triliun untuk satu dekade kedepan. Sehingga tidak heran bahwa banyak sektor marketing yang memulai menarget Gen Z sebagai target audience mereka, tanpa terkecuali sektor properti.
Dalam berinvestasi di dunia properti, Gen Z pun juga menunjukkan perbedaan sikap dengan generasi sebelumnya. Di Amerika Serikat, generasi milenial mengeluarkan biaya 39% lebih banyak dibanding generasi sebelumnya (baby boomer) saat ingin memiliki rumah pertama. Berbeda dengan Gen Z, dimana mereka melakukan investasi terhadap satu properti dalam bentuk komunal. Sehingga, properti memiliki multiple shareholder dan investor Gen Z juga membayar dengan harga yang lebih murah.
Selain itu, eratnya Gen Z dengan kemajuan teknologi juga berdampak pada pilihan mereka dalam mencari opsi properti. Saat ini, Gen Z banyak membuat online community melalui platform media sosial. Komunitas tersebut mereka manfaatkan untuk bertukar informasi terkait investasi properti. Platform tersebut juga dapat digunakan untuk mencari potensial shareholder lainnya.
Lalu, bagaimana dengan bagian Asia Pasifik?
Mengutip dari Christine Li, Head of Research dari Knight Frank Asia-Pacific, ASEAN tidak memiliki rental culture yang tinggi dibanding negara lainnya. Namun, sebanyak 84% generasi z dan milenial di ASEAN ingin segera “keluar” dari rumah untuk beberapa tahun kedepan. Di Asia Pasifik pun juga terdapat perbedaan antara opsi pilihan generasi milenial dan generasi z.
Dalam memilih properti, generasi milenial cenderung memiliki sikap yang konsumtif. Pada survei yang dilakukan oleh salah satu situs properti, milenial cenderung memilih hunian mewah (dengan harga Rp 50 Miliar) karena menilai hunian tersebut merupakan long-term investment dan juga untuk meningkatkan status sosial mereka. Hal ini berdampak pada adanya delay atau jeda bagi generasi milenial dalam membeli suatu hunian.
Berbeda dengan generasi milenial, generasi z lebih mementingkan aspek keberlanjutan dibanding aspek konsumtif. Generasi Z lebih suka membuat keputusan pembelian yang etis dan berwawasan lingkungan. Adanya pandemi menyebabkan generasi z untuk memilih hunian yang memiliki kualitas udara yang baik, akses terhadap fasilitas kesehatan, dan proksimitas terhadap ruang terbuka hijau.
Melihat Generasi Z sebagai salah satu kelompok demografis terbanyak secara global, ada baiknya strategi pemasaran hunian kedepannya dapat mengadopsi pilihan dan kebutuhan generasi tersebut.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
www.forbes.com
www.entrepreneur.com
www.asiapropertyawards.com