Situasi pandemi yang kian membaik berdampak pada perubahan aktivitas di kawasan perkotaan. Terutama aktivitas di kawasan perkantoran.
Menurut survei yang dilakukan oleh Microsoft berjudul "2022 Work Trend Index: Annual Report" , sebesar 50% pimpinan perusahaan sudah meminta karyawan kembali bekerja penuh waktu in-person di tahun 2022 secara global. Di London, tingkat okupansi perkantoran pada tahun ini mencapai 50% yang mana merupakan tingkat okupansi tertinggi setelah pandemi di bulan Maret 2020.
Peningkatan tingkat okupansi perkantoran sendiri juga didukung oleh perubahan aktivitas dari pekerja. Menurut survei yang dilakukan oleh Morgan Stanley, tahun ini karyawan menghabiskan kurang lebih 40% waktunya di kantor. Hal ini menunjukkan bahwa periode the great return sudah di depan mata dan memerlukan persiapan untuk menghadapinya
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Setelah lebaran, beberapa kota di Indonesia menerapkan PPKM Level 2. Peraturan tersebut menerapkan maksimal 75% pekerja yang dapat work from office. Namun, menurut laporan Community Mobility Report yang dirilis oleh Google terjadi peningkatan mobilitas sebanyak 96% (yoy) ke tempat kerja pada bulan Mei ini.
Menurut Jakarta CBD Office Market Overview yang dirilis oleh Knight Frank Indonesia, pada tahun 2022 terdapat pasokan baru unit kantor baru sebesar 407.647 meter persegi (5,8% dari besar unit eksisting). Pasokan ini diharapkan dapat terserap dalam kondisi the great return di tahun ini.
Menurut poling yang dilakukan oleh Knight Frank, sebanyak 68% responden menjawab in-person collaboration untuk hal yang paling dinanti saat kembali ke kantor. Namun, untuk tetap menjaga keselamatan bersama diperlukan adanya manajemen jadwal yang responsif.
Beberapa kantor di Jakarta sudah menerapkan hybrid working. Konsep hybrid working dinilai merupakan salah satu strategi yang tepat untuk mengatasi the great return. Strategi tersebut disambut baik oleh para pekerja.
Selain hybrid working, mengedepankan in-person collaboration juga menjadi salah satu nilai penting yang perlu diterapkan di kantor. Dengan menambahkan lebih banyak ruang komunal, ruang rekreasi, dan mengurangi kepadatan pengguna meja, dinilai dapat menciptakan collaborative culture di dalam perkantoran.
The great return memerlukan dukungan dari proses transformasi ruang untuk menciptakan semangat baru bagi pekerja dalam masa kembali ke kantor.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
www.knightfrank.co.id
www.knightfrank.co.uk
www.cnbc.com