Dampak Terhadap Ritel Akibat Demo Memanas, Pengusaha Minta Kepastian

Friday, 5 September 2025

Demonstrasi di berbagai daerah belakangan ini membuat sektor ritel terpukul, isu keamanan dan keselamatan membuat masyarakat enggan untuk berbelanja ke pusat perbelanjaan.

Dikutip dari berbagai sumber, Ketua Umum Afiliasi Global Ritel Indonesia (AGRA), Roy Nicholas Mandey, menyatakan bahwa jam operasional ritel yang dipersingkat berpengaruh langsung pada penurunan pendapatan. Ia juga menyebutkan, bila konsumsi rumah tangga terganggu, dampak lebih besar dapat terjadi sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi. 

Dampak terburuk terasa pada ritel Food and Beverages (FnB), khususnya, yang berlokasi di sekitar pusat kegiatan unjuk rasa. Ritel FnB di sekitar Senayan yang sifatnya meeting point, seperti cafe, merugi besar sebab tidak ada pengunjung yang singgah. Omset harian hilang karena usaha harus tutup selama demo berlangsung demi keselamatan pelanggan dan para karyawan. Beberapa ritel membuat himbauan melalui akun media sosial terkait penutupan toko yang dipercepat di beberapa cabang, terlebih di cabang  area rawan. 

Pada beberapa pusat perbelanjaan yang jaraknya jauh dari area unjuk rasa, dampak tidak terasa langsung dan masih dapat beroperasi seperti biasa. 

Budihardjo Iduansjah selaku Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) meminta jaminan keselamatan di pusat aktivitas publik kepada pemerintah, seperti pusat perbelanjaan dan jalur distribusi kebutuhan pokok. 

Hingga saat ini, pengamat ekonomi dan sosial Hendra Setiawan Boen, beranggapan bahwa aksi kerusuhan dan penjarahan yang terjadi di beberapa lokasi bukan terjadi secara acak, melainkan menargetkan tokoh publik tertentu. Dalam prediksinya disebutkan bahwa, kerugian sektor ritel akibat situasi ini mencapai Rp 5 — 8 triliun. 

Pihak AGRA meminta tiga hal kepada pemerintah terkait ketidakpastian saat ini. Pertama, ketersediaan jaminan keamanan dari penegak hukum, supaya gerai ritel dapat beroperasi normal dan masyarakat merasa aman saat berbelanja. 

Kedua, AGRA meminta pemerintah dan aparat untuk berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pengusaha secara teratur untuk mengambil langkah yang tepat dalam menghadapi situasi darurat. Ketiga, AGRA berharap adanya perlindungan bagi seluruh aktor dalam ritel, tidak hanya bagi peritel tetapi juga bagi seluruh ekosistemnya, termasuk produsen, pemasok, dan distributor.

Selain itu, AGRA juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang, terutama karena pasokan logistik masih terkendali sehingga masyarakat dapat menghindari panic buying. 

 

Penulis: Dita Aulia Oktaviani

Sumber: 

https://rm.id/

https://www.cnbcindonesia.com/

https://www.kompas.com/

Share:
Back to Blogs