Pandemi memang memberikan dampak signifikan terhadap berbagai lini bisnis, termasuk diantaranya properti. Subsektor properti yang terdampak cukup tinggi terhadap pandemi adalah, hotel dan ritel. Kedua sektor ini terdampak operasionalnya karena pandemi menyebabkan adanya pembatasan interaksi.
Sektor ritel mengalami perubahan pendapatan yang tragis di masa pandemi, bahkan Knight Frank Global merilis bahwa penilaian penurunan pendapatan ritel berkisar 16,5%. Dengan peritel di bidang fashion, alat rumah tangga dan dining restaurant yang mengalami penurunan lebih dari 20%. Sementara itu, peritel di bidang leisure justru mengalami peningkatan sampai 4,9, demikian juga sektor perbankan yang meningkat 4,7%.
Masih dari sumber yang sama, dari analisis pendapatan ritel antara periode prapandemi dan pandemi, hampir seluruh kelompok peritel mengalami penurunan pertumbuhan pendapatan, kecuali bidang leisure yang pertumbuhan pendapatannya masih positif.
Sementara itu, tingkat kekosongan ruang ritel tercatat mencapai 16,6% di tataran global. Kondisi ini diperkirakan akan segera membaik di awal 2022 seiring dengan memudarnya pandemi, dan adaptasi endemi.
Lalu bagaimana dengan ritel di Jakarta?
Pada akhir tahun lalu, tingkat keterisian ruang ritel di Jakarta berada di kisaran 78,8%, dengan sektor yang potensial menyerap ruang berasal dari sektor fashion, fnb, mainan anak-anak, alat-alat rumah tangga, dan perlengkapan olah raga.
Dan dari pengamatan kondisi ritel pada awal tahun 2022, di Jakarta saat ini tingkat kunjungan ke ritel mengalami peningkatan, dan diperkirakan akan terus meningkat di kwartal kedua dengan masa Ramadhan dan Lebaran, yang diperkirakan akan memberikan implikasi positif terhadap kenaikan kunjungan hingga 20%.
Lebih jauh, ritel kelas atas di Jakarta menunjukan performa diatas rata-rata, meski pandemi tingkat kunjungan relatif stabil dan tinggi, kecuali pada masa pengetatan interaksi (PPKM level 3-4).
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
www.knightfrank.com
KFMap.asia
www.kontan.co.id