Adaptive Reuse adalah pendekatan dalam pembangunan yang berfokus pada pemanfaatan bangunan kuno atau bersejarah dengan mengubahnya menjadi fungsi baru tanpa merusak karakter aslinya. Adaptive Reuse mempertahankan struktur bangunan lama dan menyesuaikannya dengan kebutuhan modern.
Pendekatan ini sangat relevan dalam upaya pembangunan berkelanjutan, karena tidak hanya membantu melestarikan warisan budaya dan sejarah suatu tempat, tetapi juga memberikan fungsi baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menambah nilai ekonomi, dan menciptakan manfaat sosial bagi komunitas sekitar.
Proses pelaksanaan Adaptive Reuse dimulai dengan inspeksi menyeluruh terhadap kondisi bangunan untuk menilai struktur, material, dan tingkat kerusakan atau risiko. Evaluasi ini penting untuk memastikan bangunan memiliki potensi yang layak untuk digunakan kembali.
Setelah itu, proses dilanjutkan dengan menentukan fungsi baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau pasar setempat, seperti mengubah bangunan industri tua menjadi pusat komersial, hotel, atau pusat kreatif. Tahap ini juga melibatkan perencanaan arsitektur yang memperhitungkan elemen bangunan asli dan memastikan adaptasi tanpa mengorbankan karakter historisnya.
Selain itu, aspek kepatuhan terhadap regulasi setempat dan standar keselamatan bangunan juga perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan penghuni dan komunitas di lingkungan sekitarnya.
Salah satu contoh sukses penerapan Adaptive Reuse pada bangunan komersial di Indonesia adalah The Goods Diner di SCBD, Jakarta. Awalnya, gedung ini adalah bangunan komersial tua yang digunakan untuk kebutuhan perkantoran. Namun, setelah direnovasi dengan pendekatan Adaptive Reuse, gedung ini dialihfungsikan menjadi restoran dan pusat gaya hidup yang modern tanpa menghilangkan karakter asli bangunan.
The Goods Diner mempertahankan struktur dan beberapa elemen arsitektur asli, sehingga tetap menawarkan nuansa klasik yang unik, sekaligus menambah nilai estetika yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung masa kini. Selain berfungsi sebagai restoran, gedung ini juga menjadi tempat yang menarik untuk acara-acara kreatif, yang akhirnya meningkatkan daya tarik kawasan dan berkontribusi pada ekonomi lokal.
Contoh lainnya adalah Kedai Tjikini di Jakarta. Bangunan ini dulunya merupakan rumah bergaya kolonial yang kemudian diadaptasi menjadi kafe modern, dengan tetap mempertahankan banyak elemen arsitektur lama seperti lantai tegel klasik dan jendela kayu besar.
Pendekatan ini tidak hanya menjaga estetika dan karakter bangunan, tetapi juga memberikan nuansa historis yang membedakan Kedai Tjikini dari bangunan komersial lainnya. Tempat ini kini menjadi destinasi populer di Jakarta, terutama di kalangan anak muda yang mencari suasana klasik di tengah kota.
Penulis : Muhamad Ashari
Sumber :
https://binus.ac.id/
https://gravel.co.id/
https://www.masterclass.com/