Adakah Peritel Baru di Tengah Pandemi? | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Adakah Peritel Baru di Tengah Pandemi?
Friday, 15 January 2021

Menurunnya perekonomian di tengah pandemic terjadi di berbagai belahan dunia. Menurunnya daya beli masyarakat berimplikasi pada dimensi yang luas.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengatakan, "Masyarakat kalangan menengah atas cenderung menahan konsumsinya akibat pemberlakuan WFH. Roy menyorot, PSBB ketat juga ikut berkontribusi memukul performa ritel modern," jelasnya. Ia melanjutkan, hal yang sama juga terjadi pada kalangan menengah atas yang cenderung menahan konsumsinya akibat pemberlakuan WFH, tinggal di rumah (stay at home) atas kebijakan PSBB ketat di beberapa daerah. Roy menyorot, PSBB ketat juga ikut berkontribusi membuat peritel modern banyak tersandung masalah hutang, sebab kebijakan ini semakin membuat masyarakat menghindari mall dan gerai ritel modern lainnya. "Tadinya performa konsumsi sudah mulai membaik dengan transisi new normal ini. Pada Juni sampai Agustus ada perbaikan Indeks Penjualan Riil (IPR) dari minus 17,1% menjadi minus 10% di Agustus. Ada perbaikan sekitar 7% sampai 8%. Tapi ini kembali lagi menjadi minus 12,3%," ujarnya. Pada September lalu, pihaknya memprediksi IPR bisa berbalik lagi ke level minus 15% sampai dengan minus 17% akibat pemberlakuan PSBB ketat di beberapa daerah. Dia menambahkan, dibandingkan dengan PSBB ketat, pihaknya menyarankan agar Pemerintah memberlakukan mini lockdown di beberapa wilayah untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. "PSBB ketat ini memukul perusahaan dan industri ritel modern," imbuhnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani mengatakan, fenomena-fenomena seperti pemotongan gaji hingga perumahan karyawan yang dijumpai pada sektor swasta berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat.

Tantangan yang dihadapi oleh para pebisnis ritel tidak berhenti sampai di situ. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, para pelaku bisnis ritel juga dihadapkan pada tantangan berupa komponen biaya pengeluaran-pengeluaran tetap yang sulit turun secara signifikan.

Untuk biaya sewa tempat misalnya. Hariyadi bilang, tarif sewa tempat bagi pebisnis ritel cukup sulit untuk diturunkan, sebab pihak pengelola ataupun pemilik tempat juga  memiliki beban-beban biaya tetap yang besarannya sulit untuk dikurangi.

Dengan kondisi yang ada sekarang, Hariyadi memproyeksi bahwa sektor industri ritel pada tahun ini akan mengalami koreksi dengan tingkat yang bervariasi, bergantung jenis barang yang dijual.

Afat selaku dari CEO PT Mega Perintis Tbk mengatakan, “Jadi industri retail berupaya bertahan dalam situasi sekarang dengan melakukan banyak langkah agar bisa tetap beroperasi untuk kelangsungan bisnis sambil menunggu vaksin siap didistribusikan.”

Dengan demikian, berbagai upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan Pemerintah diharapkan mampu membawa industri retail untuk turut segera pulih.

Penulis : Niar

Sumber :

https://industri.kontan.co.id/

Share:
Back to Blogs