Pembangunan pabrik baterai mobil listrik oleh salah satu perusahaan elektronik dan otomotif terkemuka di Indonesia, saat ini telah memasuki tahap peletakan batu pertama (groundbreaking). Pabrik hasil investasi konsorsium ini dibangun di Karawang, Jawa Barat.

Pemerintah saat ini memberi dukungan terhadap pengembangan industri  hilirisasi, mulai dari kemudahan izin sampai dengan kepastian hukumnya. Langkah ini juga dinilai sebagai jalan keluar bagi Indonesia dari jebakan negara pengekspor bahan baku.

Hilirisasi industri nikel akan meningkatkan nilai tambah komoditas bijih nikel. Nilai tambah akan meningkat 6 hingga 7 kali lipat kalau nikel jadi sel baterai. Bahkan jika jadi mobil listrik, nilainya akan bertambah 11 kali lipat.

Dengan manajemen yang baik diyakini bahwa dalam waktu 3 sampai 4 tahun mendatang. Indonesia bisa menjadi produsen utama bagi produk barang jadi berbasis nikel, termasuk baterai mobil listrik.

Proyek pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik ini terealisasi setelah sebelumnya ditandai dengan penandatanganan persetujuan antara Kementerian Investasi dan konsorsium pada Desember 2020.

Konsorsium Korea Selatan ini bermitra dengan Indonesia Battery Corporation yang beranggotakan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara, dan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd.

Pabrik baterai mobil listrik di Indonesia ini akan memiliki kapasitas Gigawatt Hour (GWh) dengan total nilai investasi US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp15,9 triliun (kurs Rp 14,500). Pembangunan pabrik ini hanya bagian dari total proyek konsorsium senilai US$ 9,8 miliar. Dengan hadirnya realisasi proyek ini diharapkan mampu memberikan tambahan optimisme transaksi di sektor Industri dan berbagai sektor turunannya.

Penulis: Habib Ashari

Sumber:

www.tempo.co

www.voaindonesia.com